ayushuhaimi.blogspot.com

melangkah aku bersuara bisu
mengheret perlahan sepatu kaku
melangkah aku ke ruang itu
terpandang susukmu di dinding batu

salam ku kau sambut malu-malu
kau senyum bagai hatimu tiada yang pilu
lincah kau berlari dari peganganku
badanmu berisi dari yang dulu

ruang itu terasa suam
salam peluk tangis bicara bergumam
ruang itu terasa sepi
duduk aku ditepi kau tegak berdiri

kau mesra denganku
aku layan karenahmu
kita bermain bagai tiada apa yang berlaku
jauh disudut hati ku
tawamu sebenarnya membuat aku sayu

berita itu membuat tawaku terhenti
tangis kakak mu menjadi-jadi
aku mula mengerti
tapi adakah kau turut mengerti?
apa yang sedang kita tangisi?

terbujur kaku jasad itu
dikatil besi menunggu waktu
bunyi tangis berirama sendu
cuaca sejuk disetiap penjuru
pantai lido empunya bayu

puas mereka mengajak
langsung kau tak mahu beranjak
dipinta kau mendekati jasad itu
kau langsung buat tak tahu
aku tak tahu apa yang kau rasakan
bicaramu tidak kedengaran

hatiku sayu melihat kau berkelakuan begitu
sepertinya kau menyimpan sesuatu
sepenuh tenaga aku mendukung
berhati-hati jangan sampai tersadung
rayuku padamu menyentuh jasad kaku
akhirnya kau akur dgn pintaku

lembut sentuhmu redha dan restu
sayang ayahmu 'kan pergi dulu
bicaramu tak siapa yang dengar
barismu terapung diruang legar
mungkin kau berdoa pada yang Satu
harap tenang Roh ayahmu
dengan adanya kau disisi ketika itu

teringin aku mendengar butir bicara
soal ku kau jawab dgn ntah apa cerita
angggukmu tanda faham
bicaramu bagai bergumam

mahu ku jerit padamu
lontarkan suara itu!
agar hajat ayahmu tercapai hendaknya
sebelum dia pergi ke pintu Syurga
mendengar kau bersuara
seperti manusia biasa

yakin aku sepenuh hati
kau akan bersuara satu hari nanti
agar dapat kau mengaji dipusara
biarpun kau menjejak tua